Kabanti Oni Wolio: Jembatan Budaya untuk Generasi Muda Kota Baubau

NARASITIME.com – Dalam rangka melestarikan kearifan lokal dan meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya budaya Wolio, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Sulawesi melalui Bantuan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan kategori Perseorangan menyelenggarakan Workshop Membaca Kabanti Oni Wolio.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini, yakni dari tanggal 6-7 September 2025 ini merupakan bagian dari program fasilitasi pemajuan kebudayaan yang bertujuan menghidupkan kembali tradisi literasi lisan khas masyarakat Wolio melalui pendekatan kreatif di kalangan generasi muda.

Bacaan Lainnya

Workshop ini menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, yakni Maestro Kabanti La Ode Alirman, praktisi budaya sekaligus penggiat kabanti Asri, serta pemerhati budaya dan akademisi Imran Kudus. Ketiga narasumber memberikan materi seputar sejarah, nilai-nilai, serta teknik membaca dan memahami kabanti sebagai warisan sastra klasik Wolio.

Sebanyak 30 peserta yang merupakan perwakilan dari SMA, SMK, dan MAN se-Kota Baubau turut ambil bagian dalam kegiatan ini. Para siswa diajak tidak hanya untuk mengenal kabanti secara teoritis, tetapi juga mempraktikkan cara melantunkan kabanti dalam bentuk oni yang sarat nilai moral, filosofi hidup, serta ajaran kearifan lokal masyarakat Wolio.

Kegiatan workshop ini secara resmi dibuka oleh Kepala Bidang Kebudayaan Kota Baubau yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjaga dan melestarikan kabanti sebagai identitas budaya daerah. “Kabanti adalah khazanah sastra Wolio yang tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga mengandung pesan moral yang relevan sepanjang masa. Melalui kegiatan ini, kita berharap generasi muda lebih mencintai budaya sendiri,” ujarnya.

Sementara itu, La Ode Arrahman Nasir selaku Verifikator Balai Pelestarian Kebudayaan Budaya Wilayah XIX Sulawesi menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya workshop tersebut. Menurutnya kegiatan semacam ini adalah langkah penting dalam memperkuat literasi budaya dan menjaga keberlanjutan tradisi kabanti di tengah arus globalisasi. “Kabanti bukan hanya karya sastra, tetapi juga sumber pengetahuan, nilai dan identitas. Dengan melibatkan pelajar, kita sedang menanamkan benih cinta budaya sejak dini agar tidak tercerabut dari akarnya,” tutur Arrahman.

Selama dua hari pelaksanaan, peserta mendapatkan pengalaman langsung membaca kabanti, berdiskusi dengan maestro dan praktisi budaya, serta melakukan refleksi nilai-nilai kabanti dalam kehidupan sehari-hari. Suasana kafe yang dipilih sebagai lokasi kegiatan turut menciptakan atmosfer belajar yang santai namun penuh makna, sehingga para peserta dapat lebih dekat dengan tradisi leluhur mereka.

Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk memperkuat literasi budaya di kalangan pelajar, sekaligus mendorong kolaborasi lintas generasi dalam menjaga warisan budaya Wolio.

banner 300x250

Pos terkait